watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Nikmatnya diperkosa

Sebut saja namaku Lilis. Sudah dua
tahun lebih aku bekerja sebagai seorang
pembantu di keluarga Pak Dimas, seorang kepala
desa yang sangat dihormati oleh warga
setempat. Dan selama itu pulalah aku merasakan
pahit-manisnya menjadi seorang pembantu,
termasuk manisnya di perkosa.Malam itu udara
terasa panas, sampai-sampai aku susah sekali
untuk tidur. Baru setelah aku ganti pakaian
dengan daster tipis dan menyalakan kipas angin,
barilah aku bisa tertidur. Dalam tidur aku sempat
bermimpi, Pak Jali, yang merupakan sopir pribadi
keluarga Pak Dimas, datang menemuiku.
Lucunya, Pak Jali datang menemuiku dalam
keadaan telanjang bulat. Meskipun usianya sudah
paruh baya, dan berbadan agak pendek, namun
beliau masih memiliki postur tubuh yang kekar
dan berotot. Khas orang desa yang suka bekerja
keras. Dan yang membuatku geli adalah “buah
terong” yang menggantung indah di pangkal
pahanya. Ih…, begitu menggemaskan.Perlahan-
lahan beliau mendekatiku dan langsung meremas
remas buah dadaku yang telah terbuka bebas.
Entah kenapa belaian Pak Jali terasa begitu nyata,
seperti bukan dalam mimpi. Bahkan ketika bibir
tebalnya mulai melumat kupingku aku sempat
tersentak dan perlahan-lahan terjaga dari tidurku.

Namun betapa terkejutnya aku saat mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata apa yang
aku rasakan tadi bukan sekedar mimpi.
Dihadapanku ternyata benar-benar ada sosok Pak
Jali yang memeluk tubuhku.”Pak Jali…! Apa yang
Bapak lakukan…?” Aku mendorong tubuh Pak Jali
kuat-kuat sehingga dia terjengkang ke belakang.
Segera aku menutupi tubuhku yang ternyata juga
nyaris telanjang dengan selimut.”Tenang, Lis!
Sudah lama aku memendam nafsuku
terhadapmu…!” Kembali Pak Jali mencoba
merengkuh tubuhku. Namun kembali aku
mendorong tubuhnya kuat-kuat ke
belakang.”Pergi…!” bentakku.”Atau saya akan
teriak!”Silahkan teriak! Percuma saja kamu teriak.
Karena tidak akan ada orang yang
mendengarmu. Apa kamu lupa, Pak Dimas dan
keluarga tadi sore sudah berangkat ke Bandung
untuk liburan! Jadi lebih baik kamu turuti saja
keinginanku!”Pak Jali tersenyum sinis.Aku
semakin ketakutan ketika Pak Jali kembali
mendekatiku. Segera saja aku melompat dari
ranjang dan mencoba berlari ke arah pintu
dengan kondisi telanjang. Namun sial! Aku kalah
cepat dengan Pak Jali. Dengan cepat, ia
menyergapku dari belakang dan menghimpitkan
tubuhku ke arah dinding. Kedua tangannya
mencengkeram kuat lenganku ke atas tembok,
sedangkan kedua kakinya mengunci kakiku
sehingga aku sulit untuk bergerak. Aku mencoba
untuk meronta sekuat tenaga. Namun percuma,
tenaga Pak Jali memang jauh lebih kuat
dibandingkan tenagaku yang hanya seorang
wanita.
Semakin kuat aku meronta, semakin kuat
cengkeraman Pak Jali di Tubuhku.”Tolong, Pak!
Lepaskan saya!” aku menangis dan mengemis
kepada Pak Jali. Namun percuma saja. Beliau tidak
mendengarkan perkataanku. Bahkan dengan liar
Pak Jali menghunjamiku dengan ciuaman
mautnya. Lama kelamaan tanagaku terkuras
habis. Tubuhku menjadi lemas. Aku sudah tidak
bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan
hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya
Pak Jali.Perlahan-lahan cengkeraman Pak Jali mulai
mengendor. Perlakuannya yang semula kasar
mulai melunak dan berubah menjadi lembut.
Bahkan aku mulai masuk dalam permainannya
ketika dengan lembut Pak Jali mulai menggesek-
gesekkan batan kejantanannya ke atas pahaku.
Seketika itu kakiku terasa lemas dan lunglai. Aku
tak kuat lagi menopang berat badanku sendiri,
sehingga aku mulai terkulai. Namun dengan
sigap, Pak Jali segera menangkap tubuhku,
mengangkatnya lalu membopongku ke atas
ranjang.Sesaat terlintas di wajah Pak Jali sebuah
senyum kemenangan. Kemudian dengan lembut
ia mulai melumat bibirku. Entah kenapa aku tidak
kuasa untuk menolaknya. Bahkan ada dorongan
kuat dari dalam diriku untuk membalas
lumatannya itu. “Nah…, begitu dong Lis! Kalau
begini kan lebih enak!” kata Pak Jali senang.Aku
tersenyum tersipu-sipu.”Bapak benar, mungkin
lebih baik saya menuruti bapak dari pertama tadi.
Lagipula, sudah lama juga saya tidak
mendapatkan sentuhan laki-laki”Kembali Pak Jali
tersenyum senang.”Trus, ngapain kamu tadi pake
coba berontak, Lis?”"Tadi saya cuma kaget saja.
Di balik penampilan bapak yang bersahaja, kok
tega-teganya bapak mencoba memperkosa saya.
Tapi…, ah sudahlah! Yang pentingkan sekarang
saya sudah menjadi milik Bapak!”Kembali Pak Jali
mulai mencumbuku. Ciumannya mulai
merambat melalui leherku kemudian turun ke
buah dadaku.
Kumis tebalnya yang kasar menyapu kulit dadaku
sehingga menimbulkan sensasi tersendiri yang
semakin membuatku serasa terbang ke
angkasa.Ciuman dan jilatan Pak Jali terus bergerak
turun. Sementara tangan kirinya meremas-remas
buah dadaku, tangan kanannya tengah sibuk di
pangkal pahaku membuat pilinan-pilinan yang
kurasa nikmat.”Oh…, Pak Jali! Jangan siksa aku
seperti ini!” rengekku.Pak Jali tidak memperdulikan
ucapanku. Justru ia malah menyibakkan rumput-
rumput liar yang menghalangi pintu goa
darbaku.”Wah…, Lis! Indah sekali memiaw kamu.
Warnanya merah muda dengan baunya yang
semerbak. Oh…, sungguh mempesona. Bagaikan
sekuntum mawar merah yang tengah merekah
di pagi hari. Pasti kamu merawatnya dengan baik.
Oh…, Lis! Aku suka sekali dengan memiaw yang
seperti ini…!”Perlahan-lahan Pak Jali menjulurkan
lidahnya dan menyapu permukaan klitorisku.
Terasa kasar, memang. Tapi nikmat!”Ayolah,
Pak…! Ouhh…, aku sudah tidak tahan lagi. Aku
terus mengemis kepada Pak Jali. Namun dia terus
mempermainkan emosiku. Akhirnya aku mencari
inisiatif lain.Aku mencoba menggerayangi tubuh
kekar Pak Jali sambil mencari-cari buah terong
yang menggantung di pangkal pahanya.Dan tidak
susah bagiku untuk menemukan buah terong
sebesar itu. Dengan lembut dan manja, aku mulai
mengocok batang kont*l Pak Jali di sertai dengan
pijatan-pijatan yang membuat beliau merem
melek.
Perlahan aku membimbing kont*lnya menuju ke
memiawku yang sudah basah. Namun dengan
nakal, Pak Jali hanya menempelkan dan
menggesek-gesekkan ujung kepala kont*lnya di
atas bibir vaginaku. Terasa geli, memeng. Tapi
sensasi yang aku rasakan terasa begitu nikmat.
Belum pernah aku merasakan yang seperti
ini.”Oh…, Pak Jali! Ayolah….aku udah nggak tahan
lagi…, cepet masukin dong!”Aku sudah tak bisa
tahan diperlakukan seperti itu. Perlahan aku
menaikkan pantatku ke atas untuk menyambut
kejantanan Pak Jali yang sudah ngaceng.
Kemudian aku menekan pantat Pak Jali ke bawah
supaya kont*l itu bisa masuk dengan
sempurna.”Aaarrrghhh…!” aku menjerit kecil
ketika batang kont*l Pak Jali yang besar itu
menembus liang vaginaku. Awalnya terasa seret
dan perih, karena ukuran k*ntol Pak Jali memang
besar dan panjang bila dibandingkan dengan milik
suamiku. Namun setelah buah terong itu
tertanam beberapa saat di dalam liang vaginaku,
rasa perih itu perlahan berubah menjadi rasa
nikmat.Perlahan-lahan Pak Jali mulai
mengayunkan pantatnya naik dan
turun.”Hooohh.., Pak! Ssstt…, enak Pak!” aku jadi
ngomong tak karuan.”A…yo, Lis!Goyangkan ju…
ga pan..tatmu! Ooohhh…!”Aku menuruti kata Pak
Jali. Kucoba untuk mengikuti irama dan gerakan-
gerakan nikmat yang dilakukan Pak Jali. Gesekan-
gesekan halus antara batang kont*l Pak Jali
dengan dinding vaginaku terasa begitu
nikmat.”Ohhh…, Lis! Ya…begitu…! Te…rus…
goyangkan pantatmu! Uuuhh…, oohh…,
yes…!”Pak Jali tampak begitu menikmati
permainan kami. Kulihat wajahnya menengadah
dengan mata terpejam, seolah meresapi sedotan
dari vaginaku. Sesekali dari bibirnya terdengar
lenguhan dan desisan kenikmatan.Akupun juga
menikmati sodokan-sodokan mantap batang
k*ntol Pak Jali. Bahkan aku memeluk tubuh kekar
Pak Jali dengan erat. Seolah tak ingin berhenti dari
permainan itu. Keringat mengalir deras melalui
pori-pori tubuh kami, sehingga dada bidang Pak
Jali yang berbulu lembut tampak mengkilat karena
basah oleh keringat.
Aku tidak menyangka, ternyata di usianya yang
mencapai setengah abad itu, Pak Jali masih
memiliki stamina yang prima. Sampai-sampai
aku kewalahan menghadapi goyangan dan
sodokan mautnya. Hingga akhirnya aku
merasakan ada sesuatu yang berdenyut dari
dalam rahimku.”Ooohh…, Pak! Saya…, mau
ke..luar…!Ssshhhtt…, Arrhhhggg…!” Aku tidak
kuat lagi menahan sesuatu yang mendesak keluar
dari dalam rahimku. Namun Pak Jali masih terus
mengayunkan kont*lnya keluar masuk dan
menusuk-nusuk goa darbaku. Dan beberapa saat
kemudian, aku juga merasakan batang k*ntol Pak
Jali mulai berdenyut-denyut didalam vaginaku.
Sampai akhirnya….”Aaaoouuhhh…, Lis! Nikmat
bangeet!”Cairan putih kental menyembur deras
dari ujung tongkol Pak Jali. Pak Jalipun kemudian
menjatuhkan diri ke sisi tubuhku. Nafasnya
tampak terengah-engah dan terlihat
kecapean.”Oh…, Pak Jali! Bapak memang benar-
benar hebat. Sudah lama saya tidak merasakan
nikmat seperti ini. Terima kasih ya Pak!” Aku
memeluk tubuh Kekar Pak Jali.Kusandarkan
kepalaku di dada bidang Pak Jali sambil mengelus-
elus bulu-bulu lembut yang berbaris rapi sampai
ke pangkal pahanya. Dengan lembut pula Pak Jali
membelai rambutku yang sedikit oleh keringat.
Ah…, ternyata diperkosa itu tidak selamanya tidak
enak. Kali ini justru aku mengharapkannya lagi….


Adult | GO HOME | Exit
1/1314
U-ON

inc Powered by Xtgem.com